Selasa, 21 Maret 2017

Artikel Gizi : Kenapa gizi harus seimbang? Apa gizi seimbang itu penting?

Biasanya kita tidak menyadari asupan gizi (makanan) kita sudah seimbang atau tidak. kita baru mulai merasa terjadi masalah gizi bila orang lain berkata hai kau kurusan atau hai kamu gemukan yah. Apalagi perempuan, biasanya sensitive yah kalau sudah menyinggung soal berat badan, hehehe.
Padahal, berat badan sangatlah penting untuk dievaluasi lho.. berat badan merupakan salah satu parameter penilaian status gizi bagi segala usia. Jadi..yang selama ini suka sensitive (baca:BAPER) dengan berat badan,,,dibawa santai aja ya..hehehe

Menurut Unicef (1998), masalah gizi terbagi menjadi 2, yaitu gizi kurang dan lebih.
Oya, masalah gizi ini bukan hanya dapat terkena pada bayi dan anak-anak saja lho, melainkan semua usia. Jadi, kita-kita yang muda belia dan dewasa ini juga bisa kena ya.. so, hati-hati.

Gizi kurang, (nah, istilah ini biasanya dikenal banget untuk bayi atau anak-anak yang kurus kering, gitu ya?) padahal bukan Cuma itu, gizi kurang bisa terjadi pada makro nutrient (giz makro) seperti karbohidrat, protein, dan lemak yang berakibat KEP (kekurangan energy protein). Dan juga mikro nutrient (gizi mikro) seperti zat besi, vitamin A, dan yodium yang berakibat Anemia, KVA dan gondok.
Gizi lebih. Masalah gizi lebih seperti penyakit-penyakit degeneratfi yang disebabkan kelebihan zat gizi tertentu, baik  atau beberapa zat gizi. Penyakit-penyakit tersebut seperti jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus, asam urat, dan lain-lain.



Berikut ini akan dipaparkan bebagai masalah gizi pada :
Ibu Hamil
1.       Anemia
a.       jika kadar HB < 11 g/dl (WHO, 2000)
b.      Krn peningkatan volume darah tdk seimbang dgn peningkatan sel darah merah.
c.       Dampak: Abortus, partus lama, perdarahan post partus, infeksi, dan partus prematur.
d.      Terapi : suplementasi & konsumsi makanan sumber Fe dan asam folat
2.       Konstipasi
a.       Sering terjadi pd separuh terakhir kehamilan
b.      Krn penurunan motilitas saluran cerna akibat peningkatan progesteron
c.       tekanan pd saluran cerna akibat pembesaran uterus
d.      penurunan aktivitas fisik
e.      Kurang Konsumsi air dan serat
3.       KEK à LiLA < 23,5 cm, Dampak :
a.       komplikasi pada ibu antara lain: Anemia, perdarahan
b.      keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, asfiksia intrapartum, lahir dengan berat badan rendah (BBLR).
c.       persalinan sulit dan lama, persalinan prematur
4.       Obesitas à akibat timbunan lemak berlebih
Dampak: Kehamilan lebih lama, Menderita Diebetes Gestasional
5.       Hiperemesis Gravidarum
a.       Peningkatan hormon Chorionic Gonadotropin (HCG)
b.      Peningkatan kadar progesteron
c.       Terapi: cairan elektrolit, makanan kering, porsi kecil tapi sering, tidak berlemak, tidak berbau merangsang
6.       Hipertensi
a.       Terjadi pd primigravida <20 th atau >35 th
b.      Penyebab belum diketahui, diduga ada faktor genetik
c.       Terapi: obat antihipertensi dan diet seimbang dgn membatasi asupan Na
7.       Diabetes Melitus (DM)
a.       Faktor risiko: obesitas, DM pd keluarga, kurang aktivitas, pola makan tdk tepat
b.      Pengaruh DM: Thd kehamilan: abortus, preeklamsi
c.       Thd persalinan: Lebih mudah terjadi infeksi , distosis bahu krn bayi besar
d.      Thd nifas: Infeksi dan menghambat penyembuhan luka jalan lahir
e.      Terapi: Jml kalori hrs sesuai kebutuhan (penambahan trimester 1: +180 kkal, trimester 2: +300 kkal, trimester 3: +300 kkal), jadwal makan à10% pagi, 30% siang, 30% malam dan 30% selingan, Aktivitas fisik

Sampai di sini dulu ya…nanti dilanjut di artikel selanjutnya..

0 komentar:

Posting Komentar